Terbentuknya Kampung Apuy berawal dari tahun 1520 pada saat Indonesia berada di bawah penjajahan Portugis. Kota Cirebon, yang terletak di pantai Laut Jawa bagian Barat, mengalami dampak buruk dari penjajahan ini. Keadaan kota ini tidak aman, penuh dengan kerusuhan dan kekacauan.
Pangeran Israh, keturunan Syekh Sarif Hidayatullah dari Karanggetas, merasa hidupnya terancam dan memutuskan untuk meninggalkan Cirebon. Bersama saudara kandungnya, mereka berpisah untuk mencari tempat yang lebih aman; Pangeran Israh menuju Gunung Ciremai, sementara saudaranya menuju Sumedang.
Setelah perjalanan yang penuh tantangan, Pangeran Israh tiba di sebuah tempat di Gunung Ciremai dan memutuskan untuk beristirahat. Menikmati kesejukan pegunungan, ia merasa tempat itu cocok dijadikan pemukiman. Setelah beberapa hari, ia kembali ke Cirebon untuk mengajak teman-temannya membangun pemukiman baru.
Bersama keempat temannya, yakni Boleh, Sabo, Salimpet, dan Amisem, Pangeran Israh mulai membabat hutan dan membenahi lahan di kaki Gunung Ciremai. Beberapa bulan kemudian, tempat itu berubah menjadi perkampungan kecil yang terus berkembang seiring dengan kedatangan penduduk baru dari Cirebon.
Lalu, Pangeran Israh menikahi seorang gadis dari Cirebon bernama Angkak, dan dari pernikahan ini mereka memiliki seorang anak yang diberi nama Apuy. Perkampungan ini terus berkembang dan akhirnya diresmikan menjadi Desa Apuy. Pada tahun 1930, wilayah di sekitar Desa Apuy diresmikan menjadi Desa Argamukti. Nama Argamukti diambil dari kata "arga" yang berarti gunung, serta "mukti" yang berarti subur.
Sumber gambar: KITLV